Kota Yogyakarta kini menyandang status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 2. Pemerintah Kota Yogyakarta kembali fokus mendongkrak aktivitas pariwisata dengan berbagai cara, salah satunya menambah durasi tinggal wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko mengatakan, semakin lama wisatawan berada di suatu tempat, maka kian banyak pula belanjanya. “Artinya, perekonomian masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif turut terdongkrak,” kata Wahyu pada Rabu, 20 Oktober 2021.
Menurut dia, strategi memperpanjang durasi tinggal wisatawan menjadi jurus yang lebih jitu ketimbang mengandalkan jumlah kunjungan saja. Jika hanya mengandalkan jumlah wisatawan yang datang, Wahyu mengatakan, roda ekonomi yang sempat drop selama PPKM Level 4 dan PPKM Level 3 tak akan segera pulih.
Durasi tinggal wisatawan, dia melanjutkan, juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap kualitas daya tarik wisata dan potensi untuk berkunjung kembali. Berdasarkan perhitungan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta terealisasi 2,08 hari sepanjang 2019.
Kemudian di 2020 atau selama pandemi Covid-19, lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta anjlok menjadi 1,63 hari. Dan per September 2021, lama tinggal wisatawan itu kian terjun bebas menjadi 1,33 hari. “Menjelang libur Natal dan tahun baru 2021 ini, dengan kondisi pandemi yang semakin terkendali, kami mengupayakan lama tinggal wisatawan naik lagi di atas dua hari,” ujar Wahyu.
Bagaimana cara supaya wisatawan berlama-lama di Kota Yogyakarta? Wahyu mengatakan sedang berdiskusi dengan pengelola hotel untuk menyediakan paket promo agar wisatawan kian betah berada di Yogyakarta.
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, lama tinggal wisatawan menjadi target pemulihan di masa PPKM Level 2. “Lamanya wisatawan berada di suatu tempat seiring dengan banyaknya uang yang mereka belanjakan,” katanya. Menurut Haryadi, ada tiga hal utama dalam memulihkan sektor pariwisata di masa pandemi ini. “What to see, what to eat dan what to buy (apa yang dilihat, apa yang dimakan, dan apa yang dibeli).”
Haryadi juga mengusulkan penerbitan buku saku atau buku panduan yang berisi informasi tentang tiga unsur tadi. Dengan begitu, wisatawan tak kebingungan dalam memutuskan di mana mereka bakal menginap, destinasi wisata apa yang akan dikunjungi, di mana tempat makan yang enak atau menyediakan kuliner khas, hingga di mana tempat membeli oleh-oleh.
Contoh, ketika wisatawan menginap di hotel di kawasan Sagan Yogyakarta, maka dia bisa mengetahui apa saja restoran yang ada di sekitar hotel dan di mana bisa belanja oleh-oleh yang tak jauh dari situ. “Tapi tetap, semua harus disiplin protokol kesehatan,” ujar Haryadi.
#pakaimasker #jagajarak #cucitanganpakaisabun #hindarikerumunan #vaksinasicovid-19